Sabtu, 22 September 2007

KELOMPOK : MEDIA SEBELUM KERTAS


MEDIA SEBELUM KERTAS


Oleh :
Defi Anty, 0704130121
Desi Ariyani, 070413013X
Dewi Sulastri, 0704130156
Dina Arenawati, 0704130172


PENGERTIAN LEATHER

Leather adalah bahan yang dibuat melalui proses penyamakan dari isi dalam dan kulit binatang, terutama hewan ternak. Proses penyamakan termasuk pembusukan dari kulit hewan sampai kering dan awet, tahan lama dan bahan alami yang serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan.


SEJARAH LEATHER


  • Leather merupakan peradaban tertua yang dikenal manusia. Saat itu kulit didapat dari perburuan dan pemeliharaan hewan yang kemudian digunakan untuk membuat pakaian dan tenda, dikeraskan dengan temperature rendah dan dibusukkan dengan pemanasan.

  • Sumber tentang kulit pertama kali berasal dari periode Paleolitic (zaman batu tua), digunakan sebagai pakaian (penghangat) saat musim dingin.

  • Leather digunakan untuk tujuan menulis kira-kira pada 2500 BC, tetapi hanya pada satu sisi permukannya saja, tidak pada keduanya (parchment), yaitu pada peradaban lembah Indus (sekarang Pakistan), mereka menulis tidak pada papyrus ataupun tanah liat melainkan di kayu atau kulit

  • Kulit telah digunakan sebagai bahan untuk menulis selama sekurangnya 4000 tahun, seperti pada potongan dari gulungan kulit yang diperkirakan berasal dari dinasti ke-6 (2300 B.C.E) sebagai referensi nyata bahwa leather sebagai materi tulis dari beberapa abad terdahulu.

  • Gulungan kulit yang sangat penting berasal dari zaman Rameses II, dan satu yang tidak dapat diperkirakan dengan tepat tetapi kira-kira berasal dari beberapa abad sebelum era Hyskos.

  • Kulit tidak fleksibel, tidak dapat digunakan dengan baik apabila dengan tinta, terdapat rambut dan akar bila dibandingkan dengan parchment yang lebih lembut.

  • Selama abad pertengahan (Middle Ages) kulit digunakan untuk berbagai macam tujuan seperti sandal, tas, kursi, pelana, jilid buku Book Binding).

KULIT TRADISIONAL



  • Goat Leather

  • Calf leather

  • Sheep Leather

  • Pig skin

GOAT LEATHER



  • Berasal dari kulit kambing

  • Aslinya disamak dengan sumach, kemudian dikombinasikan antara chrome dan vegetable tanning.

  • Disebut Morocco, terdiri dari:
    Niger
    Cape Levant

CALF LEATHER



  • Disamak dengan oak bark dan sumach, lebih awet dan tidak tipis.

  • Terdapat jenis Second-quality-skin:
    berwarna hijau, biru, merah yang bercahaya dan ada efek bayangan coklat muda.
    Fair: light in colour
    Rough: permukaannya lunak

SHEEP LEATHER



  • Roan : abad 19 banyak digunakan karena lebih tahan lama.

  • Skiver (split skin)

  • Basil

PIG SKIN



  • Alum-tawed white pig.
    Digunakan abad 16-17.
    Kekurangannya:

  • Sulit untuk diolah dan mudah rapuh bila digunting.

  • Resisten terhadap asam

TIPE LEATHER (MODERN)



  • Full Grain, terbuat dari bahan mentah terbaik yang belum dilapisi pasir, hanya bulu hewan yang dihilangkan. Menghasilkan serat terbaik yang kuat dan tahan lama. Dapat dibeli dengan dua tipe: aniline dan semi aniline.

  • Corrected Grain, lebih dikenal dengan nama Top-Grain yang kasar di bagian atas namun sangat lembut di bagian dalam. Dapat dibeli dengan dua tipe: semi-aniline dan pigmented.

  • Suede, adalah jenis leather yang telah dikeringkan seluruhnya, nama lain dari suede adalah Latigo. Jenis kulit yang paling dikenal.


Jenis lain Leather:



  1. Buckskin

  2. Patent Leather

  3. Shagreen

  4. Vachetta skin

  5. Slink

  6. Deer Skin

  7. Nubuck

  8. Belting Leather

  9. Nappa Leather

  10. dll.

CARA PEMBUATAN



  • Mula-mula kulit direndam dalam air kapur.

  • Kemudian bulu binatangnya digosok hingga bersih.

  • Lalu dimasukkan ke dalam perendaman dengan kulit pohon yang disebut “oak”. oak yang dihasilkan dari kulit pohon tersebut berupa bahan kimia.

  • Bahan kimia tersebut akan masuk ke dalam pori-pori kulit dan bercampur dengan protein menjadi molekul-molekul yang kuat sehingga menjadi “leather”.

  • Perubahan kulit menjadi “leather” meningkatkan mutunya seperti lebih tahan air, awet dipakai dan lebih lentur.

ZAT PENYAMAK



  • Zat penyamak bisa berupa

  • penyamak nabati (vegetable tanning) seperti kulit kayu memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tetapi empuk, kurang tahan terhadap panas.

  • sintetis (mechanical tanning),

  • mineral seperti garam chromium (Chromium sulphate)
    menghasilkan kulit yang lebih lemas, lebih tahan terhadap panas dan

  • penyamak minyak.

KELEBIHAN



  • Mempunyai daya tahan yang lama dan dapat bertahan. hingga ratusan tahun.

  • Bahannya kenyal dan kuat.

  • Dapat diberi warna.

  • Dapat dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna.

KEKURANGAN



  • Bahannya sulit didapat.

  • Permukaannya kasar dan berlubang-lubang

FAKTOR PERUSAK LEATHER


Faktor Internal:



  • faktor Kimia

Faktor Eksternal:



  • Faktor Biologi

  • Serangga

  • Ngengat pakaian

  • Kumbang kulit

  • Faktor Fisika

  • Suhu dan Kelembaban

  • Cahaya

  • Debu

  • Faktor Lain

  • Manusia

  • Bencana Alam

AKIBAT KERUSAKAN



  • Moisture dan Humidity
    Kondisi yang terlalu kering akan menyebabkan permukaan menjadi kasar (horny) dan mudah rapuh (brittle).

  • Jamur akan mudah berkembang pada kelembaban diatas 70% antara 18-25 derajat Celcius, menyebabkan warna menjadi pudar.

  • Menyebabkan pelapukan karena bakteri dan serangga.

  • Penyerapan bahan kimia berbahay mengakibatkan warna menjadi pudar, ber-powder (sesek), dan mudah lepas disebut red rot

PENANGANAN



  1. Ditempatkan di ruangan yang cukup kering.

  2. Ventilasi udara cukup.

  3. Fumigasi secara periodik untuk menghindari serangga dan jamur.

  4. Pemberian leather-dressing agar lebih fleksibel (luwes).

  5. Penggunaan campuran (emulsi) harus hemat, seperti lanolin 200 gms, cedarwood oil 30 c.c (setelah 2 hari harus dibersihkan karena mudah terbakar).

  6. Hindari dari api dan asap rokok.

LEATHER NOW



  • PETA

  • LEATHER IN FASHION

  • LEATHER IN DAILY LIFE





KELOMPOK : MEDIA KERTAS


MEDIA KERTAS

Oleh:
Puji Astuti (0704130369)
Qoryllah Fitri Pertiwi (0704130377)
Rohman Nur Ikhsan (0704130415)
Ruth Novita P. (0704130407)


A. Pengertian Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

B. Sejarah Kertas
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada masa Wangsa Firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Dalam sejarah perkembangan media kertas, peradaban China menyumbangkan inovasi kertas baru bagi dunia. Kertas ditemukan pertama kali oleh Tsai Lun pada tahun 105 M. Tsai Lun adalah seorang pegawai negeri di Cina Ho Ti. Ketika di belahan dunia lain masih memakai papirus, kulit binatang atau daun lontar untuk menulis, Cina sudah memproduksi kertas, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.
C. Jenis Kertas
Terdapat beberapa jenis kertas. Jenis kertas tersebut antara lain :
1. Kertas Cina
Kertas ini berasal dari Cina yang ditemukan oleh Tsai Lun yang menjadi cikal bakal pembuatan kertas. Kertas ini dibuat dari bamboo yang pada saat itu sangat mudah ditemukan.

2. Kertas Washi
Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain. Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

3. Kertas Mashi
Mashi adalah jenis kertas yang dibuat dengan cara pembuatan kertas yang paling tua. Bahan baku dari serat pohon Cannabis sativa L. (hemp) dan Boehmeria nivea (sejenis rami) serta jala usang yang tidak bisa lagi dipakai menangkap ikan dan kain bekas dari serat rami. Kain bekas dari rami mempunyai serat yang kuat sehingga harus dipotong-potong kecil dulu sebelum direbus atau digiling dengan penggilingan batu.
Permukaan kertas masih kasar sehingga harus dipukul-pukul dengan palu kayu di atas alas yang disebut Kamikinuta sebelum digosok dengan batu, sejenis kerang atau gigi taring binatang agar menjadi permukaan kertas yang halus dan licin. Tahap selanjutnya berupa penambalan pori-pori kertas dengan lapisan tepung mineral berwarna putih yang dibuat dari gips, batu kapur, dan kaolin. Kertas dilapisi sekali lagi dengan tepung kanji agar tinta yang dituliskan tidak merembes (belobor). Kertas Mashi sulit ditulisi sehingga bahan baku diganti dengan serat yang sama kuat tapi mudah ditulisi. Pada perkembangan selanjutnya tercipta kertas Kokushi yang bahan bakunya dari pohon Murbei Kertas (kōzo atau kaji).

4. Kertas Kokushi
Kokushi adalah sebutan untuk kertas dengan bahan baku pohon Murbei Kertas (Broussonetia kazinoki atau Koku). Bahan baku berasal dari serat kulit dari dahan pohon yang masih muda. Kulit dahan pohon harus direbus dulu sebelum dapat dibuat kertas. Permukaan kertas halus agak sedikit kasar tapi serat kertas panjang-panjang sehingga tahan lama. Kokushi banyak digunakan dalam kantor pemerintah untuk dokumen resmi dan pekerjaan penyalinan dokumen. Kertas jenis ini dapat digunakan begitu saja sebagai bahan bangunan tanpa perlu diberi warna lebih dulu.

5. Kertas Hishi (Ganpishi)
Hishi atau Ganpishi adalah sebutan untuk jenis kertas dengan bahan baku tanaman perdu Diplomorpha sikokiana (Ganpi) atau Edgeworthia chrysantha (Mitsumata). Serat kertas pendek-pendek dan permukaan kertas yang halus bercahaya sehingga dikenal sebagai kertas Torinoko.

6. Kertas Danshi (Michinokugami)
Bahan baku utama adalah kulit dahan yang masih muda dari pohon suku Celastraceae (Nishiki). Ciri khas kertas jenis ini berwarna putih dan tebal.

7. Kertas Karakami
Kertas Karakami adalah kertas Ganpi atau kertas Torinoko yang dilapis dengan bubuk kulit kerang bercampur gelatin dan dibuat motif seperti segi enam dan gaya arabesque dengan menggunakan cetakan blok kayu dan bubuk Mika. Penggunaan pintu dorong (shōji) sebagai pembatas ruangan menjadi populer di zaman Muromachi sehingga kertas Karakami mulai dikenal orang sebagai kertas Fusuma (pintu dorong).

8. Kertas Daluang
Daluang adalah kertas yang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Indonesia. Kertas tradisional ini rupanya dapat digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya digunakan oleh perupa.

D. Ukuran Kertas
Ukuran kertas secara Internasional terdapat seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai permintaan pasar.Berikut ukuran-ukuran dari setiap seri dalam milimeter :
1. Seri A
Seri A biasa digunakan untuk cetakan umum dan perkantoran serta penerbitan. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi A1 adalah setengah dari A0 dan demikian seterusnya. ukuran yang paling banyak digunakan adalah A4.
2. Seri B
besarnya kira-kira di tengah antara 2 ukuran seri A, biasa digunakan untuk poster dan lukisan dinding
3. Seri C biasa digunakan untuk map, kartu post dan amplop
4. Seri R biasa digunakan untuk kertas jenis Foto untuk mencetak foto
5. Seri F biasa digunakan untuk perkantoran dan fotocopy, biasa disebut kertas HVS
F4 = 215 x 330
6. Seri kertas lain
Ada beberapa ukuran lain yang terkadang memakai nama Inggris, diantaranya Letter, Legal, Kwarto (sedikit lebih kecil dari A4), A4+, A3+

E. Cara Pembuatan Kertas
Di tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.
Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu)melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral).

F. Faktor Penyebab dan Akibat dari Kerusakan Kertas
Terdapat tiga faktor penyebab kerusakan kertas, yaitu :
1. Faktor Biologis
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi banyak menimpa di daerah tropis. Yang termasuk kategori biologis antara lain jamur dan serangga. Masalah jamur ini perlu mendapat perhatian yang besar. Bakteri penyebab tumbuhnya jamur ini begitu kecilnya, sehingga sangatlah sulit untuk dapat dilihat dengan mata biasa. Jamur ini dapat membusukkan selulos dan kertas. Biasanya kertas berubah menjadi kuning, coklat datu bintik-bintik hitam. Disamping membusukkan selulos, jamur juga merusakkan perekat serta melengketkan antara satu kertas dengan kertas lainnya. Jamur tumbuh terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban, temperatur dan cahaya. Faktor kelembaban dan temperature adalah yang paling berpengaruh.
Faktor lain yang memungkinkan untuk tumbuhnya jamur adalah ruang penyimpanan kertas yang terlalu gelap dan kelembaban di atas 0% RH (relative humidity). Disamping itu, jamur juga menyebabkan timbulnya "foxing" yaitu bintik-bintik coklat pada kertas. Hal ini banyak terjadi pada kertas-kertas tua. Bintik-bintik tersebut sebagai akibat dari reaksi kimia antara campuran besi yang terkandung di dalam kertas dan asam organik yang dikeluarkan oleh jamur.
Serangga berbahaya bagi kertas dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis. Serangga sering ditemukan di berbagai tempat di dalam tempat penyimpanan yang gelap. Mereka biasanya membuat sarang di antara lembar-lembar kertas, rak, almari, laci penyimpanan dan sebagainya. Lem atau perekat dari tepung kanji merupakan makan yang sangat disukai serangga. Sehingga tidak mengherankan jika jilidan kertas mendapat prioritas utama untuk dimakan atau dirusak. Selain itu serangga juga merusak kertas, foto, label dan sebagainya. Beberapa jenis serangga yang menyerang kertas antara lain rayap, ngengat (silferfish), kutu buku (bookworm), dan psocids (semacam kutu buku).

2. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik disebabkan oleh faktor cahaya, panas dan air. Ketiganya merupakan penyebab perubahan photochemical, hydrolytic atau oxidatic di dalam kertas. Penyebab utama dari kehancuran kertas oleh faktor cahaya adalah sinar ultraviolet. Ultraviolet dapat merusakkan selulos kertas dan bahan-bahan lain tekstil, lukisan, dan sebagainya. Disamping akibat ultraviolet, juga akibat dari radiant energy (kekuatan radian). Kekuatan radian adalah kekuatan dari gerak gelombang sinar yang mengenai suatu objek. Beberapa atau sebagian dari kekuatan radian ini diserap oleh objek yang bersangkutan. Bila mengenai kertas, molekul-molekul pada kertas akan mengembang atau mengurai dan akan mengalami reaksi kimia. Banyak kertas luntur warnanya dan menjadi lemah atau getas jika terkena sinar. Semua sinar, baik sinar matahari maupun yang buatan mengandung unsur sinar ultraviolet. Kondisi fisik kertas akan terpengaruh oleh derajat panas dan kadar kelembaban di dalam ruang penyimpanan. Derajat panas yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi kering, getas dan mudah rapuh. Sedangkan uap air menyebabkan kertas-kertas menjadi lembab atau basah dan mendorong untuk tumbuhnya jamur.

3. Kerusakan Kimia
Zat-zat kimia yang terdapat dalam udara ruang penyimpanan menyebabkan kerusakan kertas misalnya gas asidik, pencemaran atmosfir, debu dan tinta. Gas asidik dan pencemaran udara sangat cepat merusak kertas. Gas asidik secara perlahan-lahan akan menyerang selulos, dan berakibat kertas menjadi luntur dan getas. Kerusakan akan menjadi lebih hebat lagi jika panas dan uap air yang terkandung di dalam atmosfir melampaui batas yang sebenarnya.
Pencemaran atmosfir adalah salah satu sebab utama merosotnya derajat kimia yang terkandung di dalam kertas. Pencemaran karena adanya nitorogen, sulfur acid penyebab kerusakan terbesar dari pada kertas. Berkas-berkas zat besi dan tembaga yang ada pada kertas atau kulit merupakan katalistor yang sempurna dalam mengubah sulfur dioksid menjadi asam belerang. Asam belerang inilah yang mempunyai daya perusak yang sangat besar terhadap kertas.
Pencemaran udara oleh asam belerang banyak terjadi di daerah-daerah industri. Faktor kerusakan kertas inilah yang disebabkan oleh asam. Adanya asam ini biasanya sejak kertas itu sendiri dibuat. Dengan kata lain bahwa kerusakan kertas disebabkan karena kertas itu sendiri. Kertas yang baik adalah kertas yang bebas asam atau yang ber HP 7. Ukuran HP ini adalah dari satu sampai dengan 14. Kurang dari 7 berarti mengandung asam dan lebih dari 7 berarti alkalin. Alat-alat yang sering dipergunakan untuk mengukur HP ini adalah PH meter. Arsip-arsip sebelum abad ke-19 biasanya menggunakan kertas dengan rata-rata PH 6,9 sedang setelah abad ke-19 dengan rata-rata PH 5,4. Semakin rendah PH nya berarti semakin banyak asamnya dan dengan sendirinya kertas tersebut akan lebih cepat rusak.

TERIMA KASIH......

Kelompok 4 : Kertas Daluang

KERTAS DALUANG (KERTAS JAWA)

OLEH:
Dwi Sari Rachmawati
Eka Jumarlita
Indira Nadya Paramitha
Harianto


SEJARAH DALUANG

Kertas ini sudah lama ditemukan oleh arkeologi dan ahli sejarah sastra kuno.
Awal kertas Daluang ini dikenal berfungsi sebagai alat Bantu kehidupan sehari-hari, pakaian misalnya. Pada abad ke 3 SM ditemukan sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu) di Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Masyarakat jaman itu menamakannya “tapa”, yaitu hasil olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari masayarakat di sana. Kertas ini sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di nusantara sejak 300 SM.

Dalam buku Literatur of Java muncul nama Daluang pada jaman kebudayaan Hindu di Nusantara. Kertas Daluang ini saat itu digunakan untuk menuliskan cerita wayang beber dalam bentuk gambar-gambar, serta juga digunakan sebagai pakaian pelengkap para Pandita Hindu.

Broussonetia papyryfera Vent merupakan nama latin dari Daluang.
Daluang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Nusantara.

Kertas daluang sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di Nusantara sejak 300 SM.
Kertas daluang disebut juga kertas Jawa ditemukan juga di Jepang dan Thailand
Artefak daluang tertua di Indonesia dari abad ke 3 SM di temukan di Cariu, Bogor.
Di zaman kolonial Belanda ketika mulai masuk kertas Eropa, tradisi membuat daluang surut. Politik tanam paksa membuat penanaman pohon saeh pun terabaikan. Teknologi daluang berakhir tahun 1950

Latar Belakang alasan pembuatan

Awalnya digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya lebih sering digunakan oleh perupa. Selain nilai kearifan lokal dari kertas Daluang ini, persoalan tekstur dan estetika yang mucul pada karya juga memiliki keunikan dan nilai tersendiri.

Kertas Daluang telah berumur ratusan tahun, hal ini terbukti dari fakta kesejarahannya setelah ditemukan beberapa naskah kuno dan perkamen kebudayaan kuno Indonesia di museum-museum di tanah air. Konon, mereka yang menggunakan serat kayu ini menjadi kertas untuk menuliskan tradisi tulis atau mantera-mantera adalah orang-orang suci.

CARA PEMBUATAN

>Kulit Saeh yang menjadi bahan baku dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
>Kemudian kulit pohon itu dibasahi lalu ditumbuk dengan cara diayunkan hingga jatuh menggunakan alat yang disebut Paneupuk (penumpuk dari logam tembaga dengan permukaan bergaris dan pegangannya dari rotan). Proses inilah yang menentukan seberapa tebal kertas yang diinginkan
>Setelah ditemukan ketebalan dan lebar yang diinginkan, bahan kertas itu dikeringkan pada medium lain.
>Setelah kering, kertas Daluang pun siap dipakai untuk menggambar, menulis atau melukis.

KEGUNAAN LAIN

Daluang ini juga dapat dibentuk menjadi boneka tau topi dengan mengeringkannya di atas cetakan atau model. Kertas Daluang ini juga dapat difungsikan seperti halnya kertas biasa, beberapa penulis juga pernah menggunakan kertas Daluang untuk mencetak buku, mencetak foto dan lain-lain. Tentunya, Daluang berpotensi sebagai kertas untuk kebutuhan tertentu masyarakat sekarang.

>Kertas
>Untuk mencetak Buku
>Foto
>Karya seni: lukis, kaligrafi, dll.
>Menggambar
>Pakaian, selendang, ikat kepala
>Ayat-ayat Al Quran/ kitab-kitab

SEBUTAN LAIN UNTUK KERTAS DALUANG
  • Sapukau (Basemah)
  • Glugu/galugu (Jawa)
  • Dhalubang/dhulubang (Madura)
  • Kembala/rowa (Sumatra Barat)
  • Linnggowas (Banggai)
  • Iwo (Tembuku)
  • Malak di Alf Seram
  • ambo (Baree)
  • malak (Seram)
  • Di tempat lain disebut: paper moerbeibom, murier a papier, dan japannischer papierbaum.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

>>Sebagai medium tulis, kertas daluang tidak berubah warna hingga usianya ratusan tahun. Tetap kuning kecokelat-cokelatan. Tulisan pun tidak lalu menjadi buram meski usia kertasnya sudah ratusan tahun.

>>Meskipun tanaman ini mudah tumbuh, namun tanaman ini masih susah ditemui. Menurut, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Tedi Permadi (36), hasil Identifikasi peneliti dari Belanda, tanaman ini hampir menjadi tanaman langka. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. orang semakin lupa dengan daluang setelah menggunakan kertas pabrikan. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. Di belahan Sumatra, tanaman ini sudah punah. Di Pulau Jawa hanya bisa ditemui di Garut. Lalu, baru akan kita temui lagi di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.


KEUNIKAN DALUANG
Karya rupa seperti gambar (drawing) atau lukisan pun menjadi unik dan terkesan kuno ketika gagasan estetik itu menggunakan kertas Daluang sebagai mediumnya. Teksturnya khas, sementara kertas produk industri belum tentu bisa memunculkan karakteristik tersebut.

TERIMA KASIH

Jumat, 07 September 2007

Materi kuliah pertemuan ke-II

PRESERVASI & KONSERVASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP

Oleh:
Tamara A. Salim-Susetyo,S.S., M.A.
(berdasarkan buku Ross Harvey, 1993)


BAB III
Survei Perpustakaan : Menentukan Kelayakan
Lingkungan dan Tingkat Kerusakan

Survei
survei bangunan perpustakaan
survei koleksi-koleksi perpustakaan.

Alasan-alasan untuk Mensurvei Perpustakaan & Koleksinya

Survei Lingkungan
-Mengontrol lingkungan
-Menguji semua aspek lingkungan fisik
-Penentuan rencana tindakan menghadapi bencana

Survei Kondisi
-Memberikan fakta-fakta dan angka-angka yang penting untuk administrasi dan perencanaan yang baik
-Dasar proposal dalam menilai alokasi dana suatu program pemeliharaan

Penjelasan Mengenai Survei Kondisi Menurut Morrow:
Proyeksi-proyeksi yang diinformasikan berdasarkan sampling yang dilakukan secara hati-hati dapat menunjukkan jumlah kira-kira dari item di setiap kategori kondisi utama. Informasi ini akan menunjukkan kebutuhan komparatif untuk jenis perawatan pencegahan dan perbaikan, sehingga memungkinkan suatu perpustakaan untuk mengalokasikan sumber-sumber yang ada, dan menilai prposal untuk dukungan tambahan dengan suatu cara yang bertanggung jawab.

Alasan-alasan Melakukan Survei Kondisi
a. Sebagai pedoman untuk kemajuan dan keefektifan program pemeliharaan.
b. Meningkatkan kesadaran terhadap pemeliharaan koleksi.
c. Dapat merangsang penelitian metode konservasi

Tujuan Survei Lingkungan
Tujuan dari suatu survei lingkungan adalah untuk mengevaluasi pantas tidaknya bangunan perpustakaan atau bangunan untuk penyimpanan koleksi yang mencakup empat aspek
pertanyaan:
1. karakteristik bangunan
2. lingkungan di dalam bangunan;
3. keamanan;
4. area penumpukkan dan ruang kerja;


Aspek-aspek Pertanyaan Tujuan Survei Lingkungan
Bangunan itu sendiri
Lingkungan di dalam bangunan
Keamanan bangunan
Area penumpukan dan ruang kerja


Tujuan Survei Kondisi
Tujuan survei kondisi adalah untuk mengevaluasi luasnya kerusakan di dalam suatu koleksi dan sifat dari kerusakannya.

Pertanyaan utama yang ditanyakan pada survei kondisi
terbagi dalam tiga cakupan:
1. informasi persiapan
2. sifat, dan
3. kondisi perlindungan primer
sifat dan kondisi kandungan (sebagai contoh: pH dan kekuatan pelipatan kertas di dalam sebuah buku).

Penelitian Survei Kondisi
Barrow’s Deterioration of Book Stock (1959)
Menghasilkan suatu metode yang dinamakan metode Barrow yang kemudian dikembangkan untuk tes suatu kondisi kertas, metode yang digunakan dalam suatu bentuk yang dimodifikasi dalam survei kondisi sekarang ini.
Library of Congress (1973)
Memperkirakan bahwa 34% total koleksi dari 17 juta buku adalah benar-benar dalam kondisi tidak dapat dipakai atau rusak serta tidak dapat diperbaiki.

Survei Kondisi di Negara-negara Beriklim Tropis
a. Selandia Baru
Survei ini meneliti surat kabar Selandia Baru yang diterbitkan sebelum tahun 1940. Hasil survei ditemukan bahwa: 49 % (diperkirakan 7 juta halaman) dari total keseluruhan surat kabar yang ada di Selandia Baru, dalam kondisi yang buruk dan bahwa 15% dalam kondisi kritis.
b. Australia
Hasil dari survei ini ditemukan bahwa dari jumlah total keseluruhan koleksi penelitian Perpustakaan Univeritas Kepustakaan Sydney, ditemukan bahwa sebanyak 12,3 % koleksi dicetak dalam kondisi kertas yang rapuh dan 73,1 % (1,74 juta volume) dicetak dengan menggunakan kertas dengan keasaman yang tinggi.
c. Indonesia
Lebih dari 40% koleksi buku-buku Indonesia di Perpustakaan Umum Indonesia segera membutuhkan perhatian pemeliharaan.

Survei Kondisi: Metodologi

1. Metodologi Survey Standford (1979)

Bertujuan untuk menetapkan metodologi yang dapat diterapkan dimanapun secara konsisten, dan pada waktu yang bersamaan akan menghemat uang dan waktu.
Kerusakan kondisi kertas, kondisi penjilidan, papan dan sampul buku.
Ditetapkan tiga tingkatan kategori: baik, sedang, buruk.

2. Survei Yale (1980)
Menguji dengan sampel buku yang sangat banyak dalam rangka untuk memperoleh hasil yang valid dari hasil penelitian dengan jumlah total koleksi perpustakaan yang banyak.

3. Metode Survei Research Library Association

Kategori yang diuji:
jenis fisik (volume jilidan, serial yang tidak dijilid, surat kabar, microforms, dll.);
Jumlah item yang diperkirakan;
umur atau kisaran tanggal;
penggunaan yang diperkirakan (berat, dll.);
catatan (pertimbangan khusus).

Bahan Kuliah Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka

PRESERVASI & KONSERVASI KOLEKSI
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP


Oleh:
Tamara A. Salim-Susetyo,S.S., M.A.
(berdasarkan buku Ross Harvey, 1993)


BAB II
Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Kondisi Rusak
Kondisi rusak didefinisikan sebagai menurunnya kualitas yang dimiliki oleh suatu bahan pustaka sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, yangdapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

KERTAS
Kerusakan Kertas dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Sifat keasaman dari beberapa jenis kertas dan sifat dari lapisan penghasil gambar halida perak dari suatu foto yang sensitif dengan cahaya.
2. Kekuatan panas, kelembaban, cahaya, senyawa (substansi) biologi (jasad renik/ mikroorganisme seperti jamur, serangga dan binatang pengerat),
3. Manusia dan polutan atmosfir
4. Bencana

Proses Pembuatan Kertas
a. Proses Mekanik
b. Proses Kimiawi

Material yang ditambahkan pada bubur kertas:
a. Pemutih

b. Pengisi (tanah liat atau kapur)
c. Tepung Kanji

Sejarah pembuatan kertas
*Penggunaan palu tangan

*Penggunaan mesin mekanik pemukul kertas (Eropa awal abad 12).
*Hollander beater adalah mesin pertama yang digunakan oleh Belanda, seperti nama yang diberikan pada tahun 1680an. Mesin tersebut menggunakan mata pisau metal untuk menghaluskan serat.
*Tahun 1790 di Inggris penggunaan khlorin digunakan untuk memutihkan warna pada kertas koran.
*Kertas dibuat secara manual sampai tahun 1806, ketika mesin Fourdrinier mendapatkan hak paten.
*Pada abad pertengahan abad ke-18 persediaan kertas koran tidak mencukupi kebutuhan yang terus meningkat.

TINTA
Definisi Tinta
Tinta adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan bahan pustaka baik dalam bentuk tercetak maupun tertulis.

Sejarah Mengenai Tinta
a. Tinta yang digunakan pada manuskrip terbuat dari karbon, biasanya jelaga, dicampur dengan gum arabic. Tinta ini menghasilkan gambar yang sangat stabil.
b. Tinta cetak modern pada umumnya mempunyai zat tambahan, untuk mengeringkan dengan cepat serta mengurangi kemungkinan memudar, yang membuatnya kurang stabil.

Tinta Gentur

Di Indonesia dikenal dengan istilah tinta gentur, yaitu sejenis tinta tulisan yang terbuat dari jelaga yang dicampur dengan santan arang ketan. Tinta ini digunakan untuk menulis pada kertas daluang. Kertas daluang ini sekarang masih dilestarikan di daerah garut, sedangkan koleksi naskah daluang masih dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional RI.


KAIN
Sejarah Penggunaan Kain sebagai Sampul Buku
Pertama kali digunakan pada abad 19 dan 20.
Kain buku dibuat di Inggris dari akhir tahun 1820an dan dengan cepat menggantikan kulit sebagai material penyampul utama.
Kain buku biasanya merupakan kain tenunan kapas yang diisi dengan sebuah pengisi untuk menjadi kaku/keras.

LEM

Digunakan dalam penjilidan buku
Kebanyakan lem rusak dimakan waktu dan hilang kelengketannya.
Lem juga secara permanen dapat menempal pada material yang direkatkan.

Jenis-jenis Lem
Lem yang terbuat dari kulit tulang binatang
Lem PVA (polyvinyl asetat)
Sellotape atau Tape scotch

Material Fotografi
Cakupan Material Fotografis Perpustakaan

film gambar hidup
bentuk mikro
cetakan fotografis seperti salt paper, albumen, kolodion dan cetakan gelatin.

Jenis Cetakan Fotografis
Cetakan kertas bergaram
Cetakan putih telur
Cetakan kolodium
Cetakan gelatin

Penyebab Kerusakan pada Foto
Proses material foto yang tidak memadai
Proses pencucian yang tidak benar
Polutan atmosfir pada material foto seperti hidrogen sulfida, amoniak, sulfur oksida, dan ozon
Temperatur, kelembaban , dan keasaman yang tinggi
Penyimpanan di dalam atau dengan material yang mengandung asam.

Optical Discs
Jenis Optical Disc

Videodisc

Compact disc
Disket

Daya Tahan Optical Disc
Kelangsungan optical disc belum dapat ditentukan.
Pada tahun 1989 kelangsungan arsip dari disk optik diperkirakan oleh pembuatnya setidak-tidak selama 10 tahun, walaupun beberapa diantaranya disiapkan untuk menjamin disc mereka lebih lama dari ini.

Sound Discs
Penyebab Kerusakan pada Rekaman Suara
Tekanan fisik
Temperatur yang terlalu rendah dan terlalu tinggi.
Jamur
Debu

Magnetic Media
Jenis Magnetic Media

Disket
Reel-to-reel tape
Kaset

Sejarah Penggunaan Magnetic Media
Mulai banyak digunakan pada akhir 1940an dalam bentuk reel-to reel tape dalam berbagai ukuran, format dan kecepatan.
Kaset mulai diperkenalkan pada tahun 1960an.

Penyebab Kerusakan pada Magnetic Media
Fluktuasi pada temperatur dan kelembaban relatif
Debu
Goresan
Pengaruh magnet

Daya Tahan Perangkat Keras Pita Magnetik
Dapat bertahan sampai 20 tahun jika disimpan dan dirawat dengan benar
Solusi yang baik untuk mencegah kerusakan data yang terdapat pada media ini adalah dengan memindahkan data dari pita magnetik ke media penyimpanan lain daripada berusaha untuk memelihara bahan pustaka yang terbuat dari pita magnetik.

Penyebab Eksternal Kerusakan Bahan Pustaka
Temperatur & Kelembaban Relatif
1. Kelembaban relatif digambarkan dalam kaitannya dengan temperatur, sejumlah uap air dalam suatu volume udara yang dinyatakan sebagai prosentase dari jumlah maksimum dimana udara dapat menjaga di temperatur yang sama.
2. Semakin hangat udara, maka semakin banyak uap yang dapat dihasilkan; oleh karena itu, jika temperatur meningkat tetapi tidak ada uap tambahan yang ditambahkan kepadanya, maka kelembaban relatif akan menurun.

Penyebab Kerusakan pada Koleksi Perpustakaan
1. Kandungan uap dan temperatur yang terlalu tinggi
2. Jika temperatur dan kelembaban relatif terlalu tinggi
3. Panas (dan, dingin)
4. Kandungan uap air
5. Perubahan temperatur yang cepat
6. Cahaya yang terlalu tinggi (termasuk sinar ultraviolet)
7. Polutan atmosferik
8. Debu dan kotoran
9. Substansi biologis (bakteri, jamur, lumut, serangga dan binatang pengerat)

Pencegahan kerusakan bahan pustaka terhadap temperatur dan kelembaban:
Kelembaban harus dijaga serendah mungkin
Sangat penting untuk memperlambat tingkat perubahan temperatur dan kelembaban relatif.

Batas Temperatur & Kelembaban Relatif
a. Kelembaban relatif dibawah 30% diperkirakan akan berbahaya karena mengeringkan material sehingga menjadi rapuh, sedangkan jika kelembaban relatif diatas 75 % tidak dapat diterima karena kemungkinan pertumbuhan jamur meningkat dengan pesat. Tingkat kelembaban relatif yang sesuai harus dijaga pada sekitar 47 % ± 2 %,
b. Tingkat temperatur harus dijaga pada sekitar 20 derajat Celcius ± 2 derajat celcius.

Hubungan Manusia dengan Kerusakan Bahan Pustaka
pertumbuhan populasi dan penggunaan material perpustakaan yang meningkat
sikap terhadap buku dan koleksi bahan pustaka perpustakaan
teknologi baru
penyalahgunaan dan penanganan yang salah.



SELAMAT BELAJAR....