Sabtu, 22 September 2007

KELOMPOK : MEDIA KERTAS


MEDIA KERTAS

Oleh:
Puji Astuti (0704130369)
Qoryllah Fitri Pertiwi (0704130377)
Rohman Nur Ikhsan (0704130415)
Ruth Novita P. (0704130407)


A. Pengertian Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

B. Sejarah Kertas
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada masa Wangsa Firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Dalam sejarah perkembangan media kertas, peradaban China menyumbangkan inovasi kertas baru bagi dunia. Kertas ditemukan pertama kali oleh Tsai Lun pada tahun 105 M. Tsai Lun adalah seorang pegawai negeri di Cina Ho Ti. Ketika di belahan dunia lain masih memakai papirus, kulit binatang atau daun lontar untuk menulis, Cina sudah memproduksi kertas, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.
C. Jenis Kertas
Terdapat beberapa jenis kertas. Jenis kertas tersebut antara lain :
1. Kertas Cina
Kertas ini berasal dari Cina yang ditemukan oleh Tsai Lun yang menjadi cikal bakal pembuatan kertas. Kertas ini dibuat dari bamboo yang pada saat itu sangat mudah ditemukan.

2. Kertas Washi
Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain. Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

3. Kertas Mashi
Mashi adalah jenis kertas yang dibuat dengan cara pembuatan kertas yang paling tua. Bahan baku dari serat pohon Cannabis sativa L. (hemp) dan Boehmeria nivea (sejenis rami) serta jala usang yang tidak bisa lagi dipakai menangkap ikan dan kain bekas dari serat rami. Kain bekas dari rami mempunyai serat yang kuat sehingga harus dipotong-potong kecil dulu sebelum direbus atau digiling dengan penggilingan batu.
Permukaan kertas masih kasar sehingga harus dipukul-pukul dengan palu kayu di atas alas yang disebut Kamikinuta sebelum digosok dengan batu, sejenis kerang atau gigi taring binatang agar menjadi permukaan kertas yang halus dan licin. Tahap selanjutnya berupa penambalan pori-pori kertas dengan lapisan tepung mineral berwarna putih yang dibuat dari gips, batu kapur, dan kaolin. Kertas dilapisi sekali lagi dengan tepung kanji agar tinta yang dituliskan tidak merembes (belobor). Kertas Mashi sulit ditulisi sehingga bahan baku diganti dengan serat yang sama kuat tapi mudah ditulisi. Pada perkembangan selanjutnya tercipta kertas Kokushi yang bahan bakunya dari pohon Murbei Kertas (kōzo atau kaji).

4. Kertas Kokushi
Kokushi adalah sebutan untuk kertas dengan bahan baku pohon Murbei Kertas (Broussonetia kazinoki atau Koku). Bahan baku berasal dari serat kulit dari dahan pohon yang masih muda. Kulit dahan pohon harus direbus dulu sebelum dapat dibuat kertas. Permukaan kertas halus agak sedikit kasar tapi serat kertas panjang-panjang sehingga tahan lama. Kokushi banyak digunakan dalam kantor pemerintah untuk dokumen resmi dan pekerjaan penyalinan dokumen. Kertas jenis ini dapat digunakan begitu saja sebagai bahan bangunan tanpa perlu diberi warna lebih dulu.

5. Kertas Hishi (Ganpishi)
Hishi atau Ganpishi adalah sebutan untuk jenis kertas dengan bahan baku tanaman perdu Diplomorpha sikokiana (Ganpi) atau Edgeworthia chrysantha (Mitsumata). Serat kertas pendek-pendek dan permukaan kertas yang halus bercahaya sehingga dikenal sebagai kertas Torinoko.

6. Kertas Danshi (Michinokugami)
Bahan baku utama adalah kulit dahan yang masih muda dari pohon suku Celastraceae (Nishiki). Ciri khas kertas jenis ini berwarna putih dan tebal.

7. Kertas Karakami
Kertas Karakami adalah kertas Ganpi atau kertas Torinoko yang dilapis dengan bubuk kulit kerang bercampur gelatin dan dibuat motif seperti segi enam dan gaya arabesque dengan menggunakan cetakan blok kayu dan bubuk Mika. Penggunaan pintu dorong (shōji) sebagai pembatas ruangan menjadi populer di zaman Muromachi sehingga kertas Karakami mulai dikenal orang sebagai kertas Fusuma (pintu dorong).

8. Kertas Daluang
Daluang adalah kertas yang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Indonesia. Kertas tradisional ini rupanya dapat digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya digunakan oleh perupa.

D. Ukuran Kertas
Ukuran kertas secara Internasional terdapat seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai permintaan pasar.Berikut ukuran-ukuran dari setiap seri dalam milimeter :
1. Seri A
Seri A biasa digunakan untuk cetakan umum dan perkantoran serta penerbitan. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi A1 adalah setengah dari A0 dan demikian seterusnya. ukuran yang paling banyak digunakan adalah A4.
2. Seri B
besarnya kira-kira di tengah antara 2 ukuran seri A, biasa digunakan untuk poster dan lukisan dinding
3. Seri C biasa digunakan untuk map, kartu post dan amplop
4. Seri R biasa digunakan untuk kertas jenis Foto untuk mencetak foto
5. Seri F biasa digunakan untuk perkantoran dan fotocopy, biasa disebut kertas HVS
F4 = 215 x 330
6. Seri kertas lain
Ada beberapa ukuran lain yang terkadang memakai nama Inggris, diantaranya Letter, Legal, Kwarto (sedikit lebih kecil dari A4), A4+, A3+

E. Cara Pembuatan Kertas
Di tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.
Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu)melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral).

F. Faktor Penyebab dan Akibat dari Kerusakan Kertas
Terdapat tiga faktor penyebab kerusakan kertas, yaitu :
1. Faktor Biologis
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi banyak menimpa di daerah tropis. Yang termasuk kategori biologis antara lain jamur dan serangga. Masalah jamur ini perlu mendapat perhatian yang besar. Bakteri penyebab tumbuhnya jamur ini begitu kecilnya, sehingga sangatlah sulit untuk dapat dilihat dengan mata biasa. Jamur ini dapat membusukkan selulos dan kertas. Biasanya kertas berubah menjadi kuning, coklat datu bintik-bintik hitam. Disamping membusukkan selulos, jamur juga merusakkan perekat serta melengketkan antara satu kertas dengan kertas lainnya. Jamur tumbuh terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban, temperatur dan cahaya. Faktor kelembaban dan temperature adalah yang paling berpengaruh.
Faktor lain yang memungkinkan untuk tumbuhnya jamur adalah ruang penyimpanan kertas yang terlalu gelap dan kelembaban di atas 0% RH (relative humidity). Disamping itu, jamur juga menyebabkan timbulnya "foxing" yaitu bintik-bintik coklat pada kertas. Hal ini banyak terjadi pada kertas-kertas tua. Bintik-bintik tersebut sebagai akibat dari reaksi kimia antara campuran besi yang terkandung di dalam kertas dan asam organik yang dikeluarkan oleh jamur.
Serangga berbahaya bagi kertas dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis. Serangga sering ditemukan di berbagai tempat di dalam tempat penyimpanan yang gelap. Mereka biasanya membuat sarang di antara lembar-lembar kertas, rak, almari, laci penyimpanan dan sebagainya. Lem atau perekat dari tepung kanji merupakan makan yang sangat disukai serangga. Sehingga tidak mengherankan jika jilidan kertas mendapat prioritas utama untuk dimakan atau dirusak. Selain itu serangga juga merusak kertas, foto, label dan sebagainya. Beberapa jenis serangga yang menyerang kertas antara lain rayap, ngengat (silferfish), kutu buku (bookworm), dan psocids (semacam kutu buku).

2. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik disebabkan oleh faktor cahaya, panas dan air. Ketiganya merupakan penyebab perubahan photochemical, hydrolytic atau oxidatic di dalam kertas. Penyebab utama dari kehancuran kertas oleh faktor cahaya adalah sinar ultraviolet. Ultraviolet dapat merusakkan selulos kertas dan bahan-bahan lain tekstil, lukisan, dan sebagainya. Disamping akibat ultraviolet, juga akibat dari radiant energy (kekuatan radian). Kekuatan radian adalah kekuatan dari gerak gelombang sinar yang mengenai suatu objek. Beberapa atau sebagian dari kekuatan radian ini diserap oleh objek yang bersangkutan. Bila mengenai kertas, molekul-molekul pada kertas akan mengembang atau mengurai dan akan mengalami reaksi kimia. Banyak kertas luntur warnanya dan menjadi lemah atau getas jika terkena sinar. Semua sinar, baik sinar matahari maupun yang buatan mengandung unsur sinar ultraviolet. Kondisi fisik kertas akan terpengaruh oleh derajat panas dan kadar kelembaban di dalam ruang penyimpanan. Derajat panas yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi kering, getas dan mudah rapuh. Sedangkan uap air menyebabkan kertas-kertas menjadi lembab atau basah dan mendorong untuk tumbuhnya jamur.

3. Kerusakan Kimia
Zat-zat kimia yang terdapat dalam udara ruang penyimpanan menyebabkan kerusakan kertas misalnya gas asidik, pencemaran atmosfir, debu dan tinta. Gas asidik dan pencemaran udara sangat cepat merusak kertas. Gas asidik secara perlahan-lahan akan menyerang selulos, dan berakibat kertas menjadi luntur dan getas. Kerusakan akan menjadi lebih hebat lagi jika panas dan uap air yang terkandung di dalam atmosfir melampaui batas yang sebenarnya.
Pencemaran atmosfir adalah salah satu sebab utama merosotnya derajat kimia yang terkandung di dalam kertas. Pencemaran karena adanya nitorogen, sulfur acid penyebab kerusakan terbesar dari pada kertas. Berkas-berkas zat besi dan tembaga yang ada pada kertas atau kulit merupakan katalistor yang sempurna dalam mengubah sulfur dioksid menjadi asam belerang. Asam belerang inilah yang mempunyai daya perusak yang sangat besar terhadap kertas.
Pencemaran udara oleh asam belerang banyak terjadi di daerah-daerah industri. Faktor kerusakan kertas inilah yang disebabkan oleh asam. Adanya asam ini biasanya sejak kertas itu sendiri dibuat. Dengan kata lain bahwa kerusakan kertas disebabkan karena kertas itu sendiri. Kertas yang baik adalah kertas yang bebas asam atau yang ber HP 7. Ukuran HP ini adalah dari satu sampai dengan 14. Kurang dari 7 berarti mengandung asam dan lebih dari 7 berarti alkalin. Alat-alat yang sering dipergunakan untuk mengukur HP ini adalah PH meter. Arsip-arsip sebelum abad ke-19 biasanya menggunakan kertas dengan rata-rata PH 6,9 sedang setelah abad ke-19 dengan rata-rata PH 5,4. Semakin rendah PH nya berarti semakin banyak asamnya dan dengan sendirinya kertas tersebut akan lebih cepat rusak.

TERIMA KASIH......

Tidak ada komentar: