OLEH:
Dwi Sari Rachmawati
Eka Jumarlita
Indira Nadya Paramitha
Harianto
SEJARAH DALUANG
Kertas ini sudah lama ditemukan oleh arkeologi dan ahli sejarah sastra kuno.
Awal kertas Daluang ini dikenal berfungsi sebagai alat Bantu kehidupan sehari-hari, pakaian misalnya. Pada abad ke 3 SM ditemukan sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu) di Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Masyarakat jaman itu menamakannya “tapa”, yaitu hasil olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari masayarakat di sana. Kertas ini sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di nusantara sejak 300 SM.
Dalam buku Literatur of Java muncul nama Daluang pada jaman kebudayaan Hindu di Nusantara. Kertas Daluang ini saat itu digunakan untuk menuliskan cerita wayang beber dalam bentuk gambar-gambar, serta juga digunakan sebagai pakaian pelengkap para Pandita Hindu.
Broussonetia papyryfera Vent merupakan nama latin dari Daluang.
Daluang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Nusantara.
Kertas daluang sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di Nusantara sejak 300 SM.
Kertas daluang disebut juga kertas Jawa ditemukan juga di Jepang dan Thailand
Artefak daluang tertua di Indonesia dari abad ke 3 SM di temukan di Cariu, Bogor.
Di zaman kolonial Belanda ketika mulai masuk kertas Eropa, tradisi membuat daluang surut. Politik tanam paksa membuat penanaman pohon saeh pun terabaikan. Teknologi daluang berakhir tahun 1950
Latar Belakang alasan pembuatan
Awalnya digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya lebih sering digunakan oleh perupa. Selain nilai kearifan lokal dari kertas Daluang ini, persoalan tekstur dan estetika yang mucul pada karya juga memiliki keunikan dan nilai tersendiri.
Kertas Daluang telah berumur ratusan tahun, hal ini terbukti dari fakta kesejarahannya setelah ditemukan beberapa naskah kuno dan perkamen kebudayaan kuno Indonesia di museum-museum di tanah air. Konon, mereka yang menggunakan serat kayu ini menjadi kertas untuk menuliskan tradisi tulis atau mantera-mantera adalah orang-orang suci.
CARA PEMBUATAN
>Kulit Saeh yang menjadi bahan baku dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
>Kemudian kulit pohon itu dibasahi lalu ditumbuk dengan cara diayunkan hingga jatuh menggunakan alat yang disebut Paneupuk (penumpuk dari logam tembaga dengan permukaan bergaris dan pegangannya dari rotan). Proses inilah yang menentukan seberapa tebal kertas yang diinginkan
>Setelah ditemukan ketebalan dan lebar yang diinginkan, bahan kertas itu dikeringkan pada medium lain.
>Setelah kering, kertas Daluang pun siap dipakai untuk menggambar, menulis atau melukis.
KEGUNAAN LAIN
Daluang ini juga dapat dibentuk menjadi boneka tau topi dengan mengeringkannya di atas cetakan atau model. Kertas Daluang ini juga dapat difungsikan seperti halnya kertas biasa, beberapa penulis juga pernah menggunakan kertas Daluang untuk mencetak buku, mencetak foto dan lain-lain. Tentunya, Daluang berpotensi sebagai kertas untuk kebutuhan tertentu masyarakat sekarang.
>Kertas
>Untuk mencetak Buku
>Foto
>Karya seni: lukis, kaligrafi, dll.
>Menggambar
>Pakaian, selendang, ikat kepala
>Ayat-ayat Al Quran/ kitab-kitab
SEBUTAN LAIN UNTUK KERTAS DALUANG
- Sapukau (Basemah)
- Glugu/galugu (Jawa)
- Dhalubang/dhulubang (Madura)
- Kembala/rowa (Sumatra Barat)
- Linnggowas (Banggai)
- Iwo (Tembuku)
- Malak di Alf Seram
- ambo (Baree)
- malak (Seram)
- Di tempat lain disebut: paper moerbeibom, murier a papier, dan japannischer papierbaum.
>>Sebagai medium tulis, kertas daluang tidak berubah warna hingga usianya ratusan tahun. Tetap kuning kecokelat-cokelatan. Tulisan pun tidak lalu menjadi buram meski usia kertasnya sudah ratusan tahun.
>>Meskipun tanaman ini mudah tumbuh, namun tanaman ini masih susah ditemui. Menurut, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Tedi Permadi (36), hasil Identifikasi peneliti dari Belanda, tanaman ini hampir menjadi tanaman langka. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. orang semakin lupa dengan daluang setelah menggunakan kertas pabrikan. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. Di belahan Sumatra, tanaman ini sudah punah. Di Pulau Jawa hanya bisa ditemui di Garut. Lalu, baru akan kita temui lagi di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.
KEUNIKAN DALUANG
Karya rupa seperti gambar (drawing) atau lukisan pun menjadi unik dan terkesan kuno ketika gagasan estetik itu menggunakan kertas Daluang sebagai mediumnya. Teksturnya khas, sementara kertas produk industri belum tentu bisa memunculkan karakteristik tersebut.
TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar