Sabtu, 22 September 2007

KELOMPOK : MATERIAL FOTOGRAFI


MATERIAL FOTOGRAFI:

(PHOTOGRAPHIC) FILM

Oleh:
Muhamad Prabu Wibowo
Mujaini
Mutri Batulaini

Nurazizah


Pendahuluan dan Cara Pembuatan Film


• Film (fotografi) adalah lembaran plastic (polyester, nitrocellulose,
atau cellulose acetate) yang di lapisi dengan emulsi yang sensitive
terhadap cahaya, seperti garam "silver halide" dan gelatin dengan
ukuran Kristal tertentu (untuk menentukan tinggi rendahnya
sensitivitas, kontras, dan resolusi film).
• Tinggi rendahnya sensitivitas film ditunjukkan dengan ISO/ASA.
Semakin tinggi ISO/ASA, maka semakin sensitif pula film terhadap
cahaya.
• sinar Ketika diekspos terhadap sinar, akan terbentuk gambar (masih tidak
terlihat) yang membutuhkan proses pencucian film untuk membuat
gambar tersebut terlihat. (untuk jenis negatif)
• Pada awalnya menggunakan sekali Pada
awalnya, fotografi tidak film sama sekali. tahun 1885, Eastman Kodak, mulai membuat film berbasiskan kertas. Lalu, pada tahun 1889, mulai digunakan plastic pada film.



Pembuatan film dilakukan di pabrik. Film itu sendiri terbagi menjadi
2 jenis
:

hitam putih dan berwarna: yang juga berpengaruh pada
proses pembuatannya:
• Film hitam putih, pada umumnya, hanya terdapat 1 layar garam
il silver.
• Sedangkan film berwarna, pada umumnya, paling sedikit
menggunakan 3 layar, yang membuat 3 lapisan warna yaitu RGB
(Red Green Blue) Namun produksi film sekarang bisa
Red, Green, Blue). Namun, ini mencapai 12 layar yang mana bisa menyimpan hingga 20 jenis
warna.



Nama-nama perusahaan yang hingga kini
masih memproduksi film, antara lain:
• Agfa Gevaert
• Bergger (European company composed of former Guilleminot employees.)
• Efke
• Maco
• ORWO
• Perutz
• Polaroid
• Foma
• Forte
• Ferrania
• ProClick
• Solaris (Ferrania)
• Svema
• Fujifilm
• Ilford
• Imation (Spin-off company of 3M has since sold the film business to Ferrania)
• Tasma
• Tura

• Kodak
• Konica
• Lucky


Ukuran-ukuran film, antara lain:
•135 (dikenal popular sebagai "35 mm")
•APS (Advanced Photo System)
•110
•126
•127
•120/220 (digunakan pada format medium fotografi)
•Sheet film (digunakan pada format besar fotografi)
•Disc film Digunakan pada kamera yang menggunakan sistem "disc".

•Motion picture films: 8 mm, 16 mm, 35 mm and 70 mm
Jenisjenis media yang menggunakan media film antara lain: film (fotografi dan video), slide, microfilm, dll. Sebenarnya, masih banyak lagi formatnya, antara lain: (dari Wikipedia
(+20)): Chronophotographe Paperfilm Theatre Optiq e dll Chronophotographe, Paperfilm, Optique, dll.


SEJARAH FILM

Tahun 1000.
• Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab, menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya
yang melewati sebuah lubang kecil.


Sekitar 400 tahun kemudian.
• Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci
di blik ik ki i di b i dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera.


Tahun 1558.
• Battista Delta Porta, dianggap sebagai penemu prinsip
kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang
dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut
didasari pada penemuan-penemuan da Vinci.

Awal abad 17

• Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila
serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan
berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan
komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam
gambar-gambar yang tak bertahan lama. Masalah yang
belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia,
setelah gambar-gambar terekam agar permanen.


Tahun 1727
• Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di
Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang
tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa
komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas.

Sekitar tahun 1800
• Thomas Wedgwood, seorang Inggris, bereksperimen untuk
merekam gambar positif dari citra yang telah melalui lensa pada
camera obscura (sekarang ini disebut kamera) tapi hasilnya
sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi
sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif
(sekarang ini dikenal fotogram), pada kulit atau kertas putih
yang telah disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya
matahari sebagai penyinaran.

Tahun 1824.
• Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang
dengan berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya pria
Perancis bernama Joseph Nieephore Niepee, seorang lithograf
berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut
FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya
Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan menggunakan
sejenis aspal (yang disebutnya Bitumen of judea) sebagai bahan kimia
dasarnya. Kemudian dicobanya menggunakan kamera (NB: ada
sumber yang menyebutkan Niepee sebagai orang pertama yang
menggunakan lensa pada camera obscura. Pada masa itu lazimnya
camera kecil) juga bahan kimia lainnya tapi
obscura hanya berlubang kecil), lainnya, hasilnya tidak memuaskan.

Agustus 1827.
• Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya,
Niepee berjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis
dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai
pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk
menghasilkan foto melalui penggunaan kamera.

Tahun 1829
• Niepee secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi
Niepee meninggal dunia pada tahun 1833.

7 Januari 1839.
• Dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah,
Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini kepada
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto
yang permanen itu disebut DAGUERRETYPE, yang tak dapat diperbanyak /
reprint /repro Saat itu Daguerre telah memiliki foto studio repro. komersil dan
Daguerretype tertua yang masih ada hingga kini diciptakannya tahun 1837.

25 Januari 1839
• William Talbot Inggris Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil
penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen
kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan
sistem negatif-positif (bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah
menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang,
kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran /pengecilan) dan dapat diperbanyak.


Juni 1840

• Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga
menghasilkan negatif diatas kertas.

Oktober 1847
• Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan
kaca sebagai base negatif menggantikan kerta.

Januari 1850
• Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan
Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer denga sebutan
WET-PLATE Fotografi.
Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai
dikenal.

Juni 1888
• George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi
dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan
merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah
berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100
exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera berisi film) dikirim ke
perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan
kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera
masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut
memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa.
Hingga kini
• Perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan
berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa
menggunakan roll film. Itulah perkembangan dunia fotografi hingga
masuk era digital.

Kelebihan (Photographic) Film
• Kelebihan Materi slide fotografi
• Materi fotografi yang paling brilian dan realistis merupakan adalah bentuk informasi realistis.
Slide foto yang ditampilkan melalui proyektor akan menambah kedalaman informasi
daripada gambar di atas kertas.
• Materi slide foto, selai bisa dilihat secara indivisual, juga bisa disaksikan oleh orang
banyak meleui proyektor di layar yang besar. Ini memungkinkan orang untuk melihat
gambar dalam satu waktu yang sama, yang tidak mungkin didapatkan dari gambar
tercetak di sebuah buku.
• Jika informasi yang ditampilkan tidak membutuhkan gambar gerak, Slide fotografi jauh
lebih murah dibandingkan gambar bergerak
• Slide fotografi disaksikan lama dapat sesuai dengan keinginan: atau sebentar.
Sedangkan pada gambar gerak, kita harus mengikuti alurnya.
• Gambar dapat memberi inspirasi dan stimulus pada yang melihatnya. Jika seorang
pustakawan atau presentator membawakan sebuah gambar dengan menarik dan penuh
makna. Maka itu akan membuat orang tertarik mendalamninya. Munkgin akan
dilanjutkan mencari informasi lebih dengan membaca bukunya dengan bukunya.

Faktor Kerusakan (Internal dan Eksternal)
Faktor Internal
• Bahan fotografi memiliki struktur yang kompleks sehingga rentan
terhadap banyak kerusakan, seperti plastik yang mudah sekali kusut,
kertas yang mudah rapuh, dan juga lapisan gambar yang mudah
tergores atau terkena noda.
• Proses yang cukup dari bahan fotografi biasanya disebabkan
tidak oleh deteriorate. Campuran residu (thiosulphate) akan dihasilkan
selama proses pencucian dan selanjutnya akan bereaksi dengan silver
didalam gambar untuk membentuk silver sulphide, yang akan
menodai gambar.
• Bahan fotografi juga biasanya sensitif dengan adanya sulphur.
• Deterioration/ keburukan dapat disebabkan karena aksi dari
atmospheric pollutants (limbah athmosperic) dalam bahan fotografi.

Faktor eksternal
• Temperatur yang tinggi dan tingkat kelembaban
• Perubahan temperatur yang cepat dapat membahayakan bahan fotografi.
Yang akan menyebabkan memuainya bahan( jika temperatur naik) dan
penyusutan ( jika temperatur diturunkan). Hal yang sangat penting untuk
dilakukan adalah menjaga agar temperatur selalu stabil .
Kelembaban yang sangat tinggi juga sangat membahayakan koleksi Dalam koleksi. kondisi kelembaban yang tinggi dua lapisan foto mungkin dapat memuai dan menyebabkan foto
atau gambar menjadi keriting. Tingkat kelembaban relatif harus dijaga yaitu
47 per cent ± 2 per cent, dan temperatur sekitar 20 ° C ± 2 °.
• Cahaya
Kerusakan yang terjadi pada bahan fotografi biasanya terjadi karena terkena
sinar matahari langsung atau terkena pijaran lampu dan sinar ultraviolet.
Semua objek yang terkena sinar matahari langsug akan terancam dan khusus
untuk bahan fotografi sangat sensitif tehadap cahaya, sehingga mudah rusak,
oleh reaksi dari cahaya.

• Biological Agents, seperti jamur / cendawan, serangga Jamur dan fungi berkembang dimanapun jika kondisi yang ada memungkinkan Jamur akan melemahkan kertas dan menodai kertas memungkinkan.

• kertas

Mereka dapat menghapus gambar dalam kertas atau bahan foto jika
tidak dicegah. Untuk mengendalikan perkembangan jamur maka suhu
dan tingkat kelembaban harus dijaga agar tetap stabil agar
mengecilkan perkembangan jamur, dan juga menjaga agar bahan
tidak kotor, berdebu dan sebagainya. Sedangkan serangga dapat
dikontrol dengan tetap menjaga agar ruang penyimpanan selalu
bersih. Selain itu dapat juga dilakukan fumigasi.
• Manusia
kerusakan karena manusia bisa terjadi dengan pencurian terhadap bahan
fotografi, tetapi Penangan yang kurang merupakan penyebab utama
kerusakan bahan fotografi.

• Materi fotografi harus disimpan dalam kondisi lingkungan
yang sesuai Kelembaban relatif adalah hal yang amat
sesuai. penting dalam sistem penyimpanan bahan fotografi. level
kelembaban di atas 60 % akan menyebebkan kerusakan
yang lebih parah. Sedangkan kelembaban yang terlalu
rendah juga akan menyebabkan kerusakan. Suhu yang
tepat di dalam ruangan ber-AC dan ruangan yang memiliki
kloset di dalamnya adalah sekitar 680F dan 30-40%
Kelembaban relatif relatif.
• Sedangkan suhu adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kestabilan warna foto yang asli. Suhu
penyimpanan yang dianjurkan di F adalah bawah 400 F.


Terima Kasih.........

KELOMPOK : PERKAMEN

KERTAS PERKAMEN


Oleh:
Kania Aranda 0704130253
Karlina M. Sari 0704130261
Kartika Indriyani 070413027X
K. Widya Paramita 0704230245
Mirza I. Aziz 070413030X


PENDAHULUAN
Perkamen atau dalam bahasa Inggris disebut “Parchment” adalah bahan tipis yang dibuat dari kulit binatang seperti kulit domba, kulit kambing, kulit sapi. Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip. Perkamen sangat berbeda dengan bahan leather/kulit karena tidak dihilangkan asam tannic-nya, tapi di lebarkan dan dikeringkan untuk menciptakan suatu bahan kulit binatang yang kaku, putih, kekuning-kuningan atau transparan. Perkamen telah digunakan semenjak 200 tahun SM.


SEJARAH PERKAMEN

  • Pada 200 tahun sebelum masehi, perpustakaan dibangun di Pergamum, sebuah kawasan di Asia kecil, oleh Raja Eumenes II. Pliny menuliskan ini pada “Natural History” di buku ke 13, paragraph 21

  • Pada saat, Raja Ptolemy dan Raja Eumenes berkuasa, mereka bersaing akan keberadaan perpustakaan mereka. Ptolemy menghentikan eksport papyrus, dan setelah ditemukannya perkamen di Pergamum maka Ptolemy mulai menggunakannya karena harganya lebih murah. (Reeds, 1975: 7)

  • Pentingnya penemuan perkamen di Pergamum adalah kepraktisannya dalam proses perendaman dan pengeringannya lalu kemudian diregangkan, membuatnya lebih halus dan berwarna pucat. (Reed, 1975: 43)

  • Pada tahun 1909, dua dokumen perkamen ditemukan di Avroman, Kurdistan, yang diperkirakan dokumen tersebut diterbitkan pada tahun 88 SM dan 22 SM. Serta pada tahun 1923, pada penelitian di situs berstruktur zaman Roma di Dura, ditemukan dokumen perkamen lainnnya yang diperkirakan terbit pada tahun 189-195 SM. Karena hal ini, maka beberapa kebijakan percaya bahwa perkamen telah digunakan sebelum Perpustakaan Pergamum berdiri (Kenyon, 1932: 89).

  • Pada 100 tahun SM akhir, perkamen mulai banyak dikenal orang dikarenakan kemudahannya untuk digunakan sebagai tag dan label (Reed, 1975: 47). Selain itu, kelebihan perkamen dari papyrus adalah kefleksibelannya dibandingkan papyrus, yakni pada kedua sisinya dapat ditulis. Selain itu juga penulisan lebih mudah dilakukan dan dapat dibaca dengan jelas serta apabila ingin dilakukan pengoreksian tulisan pun juga dapat dilakukan dengan lebih mudah (Reed, 1972: 5). Maka pada abad ke 3, perkamen dijadikan sebagai media tulisan pilihan untuk semua tulisan (Reed, 1975: 33).

JENIS-JENIS PERKAMEN
Perkamen dibedakan jenisnya dari bahannya.
>>Perkamen Uterine
Dari masa pertengahan, beberapa perkamen dibuat dari kulit binatang yang belum lahir. Kulit dalam rahim binatang merupakan bahan kulit yang halus dengan jaringan dermal yang kokoh sehingga menjadi bahan kulit yang tipis dan kuat.
>>Perkamen Goldbeater
Perkamen jenis ini dibuat dari kulit sapi. Jenis perkemen ini diproses dan dibentuk sama seperti pembiatan perkamen biasa. Jenis bahan Perkamen Goldbeater ini tipis, kuat, dan dapat di lebarkan tanpa menyebabkan kerusakan.
>>Perkamen Transparan
Perkamen transparan digunakan untuk mengiluminasikan manuskrip agar menjadikannya lebih dekoratif. Perkamen transparan juga dapat digunakan untuk kaca pembesar, dan juga sebagai kaca jendela apabila bahan kaca tidak tersedia.


PROSES PEMBUATAN PERKAMEN



  1. Pemilihan Kulit

  2. Mencuci kulit

  3. Perendaman

  4. Menghilangkan Bulu

  5. Merendam dan Mencuci Kembali

  6. Peregangan

  7. Pengeringan

KELEBIHAN & KEKURANGAN PERKAMEN


#Perkamen tidak mengandung asam yang tinggi, sehingga tidak mudah berubah warna.
#Fleksibel, karena dapat digunakan di kedua sisinya
#Mudah dibaca dan dikoreksi kembali
#Proses waktu pembuatan keseluruhan perkamen lebih lama.



  • FAKTOR INTERNAL & EKSTERNAL
    Durabilitas: Perkamen memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan uap yang sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan perkamen mudah rusak apabila kelembaban tidak sesuai. Apabila kelembaban udara sekitarnya tinggi, maka perkamen tidak akan bertahan lama (basah). Sedangkan apabila kelembaban udara disekitarnya rendah, perkamen akan menjadi kering dan mudah rusak sehingga tinta atau cat yang berada di permukaan perkamen akan mengelupas.

  • Cahaya: perkamen akan mengalami kekeringan sehingga mudah hancur.

  • Panas: apabila perkamen terlalu sering terkena panas, maka akan berkerut-kerut.

  • Serangga: serangga cenderung mengkonsumsi perkamen dengan menggigiti pinggiran perkamen sehingga meninggalkan kerusakan yang terlihat jelas.

TERIMA KASIH......








KELOMPOK : MEDIA SEBELUM KERTAS


MEDIA SEBELUM KERTAS


Oleh :
Defi Anty, 0704130121
Desi Ariyani, 070413013X
Dewi Sulastri, 0704130156
Dina Arenawati, 0704130172


PENGERTIAN LEATHER

Leather adalah bahan yang dibuat melalui proses penyamakan dari isi dalam dan kulit binatang, terutama hewan ternak. Proses penyamakan termasuk pembusukan dari kulit hewan sampai kering dan awet, tahan lama dan bahan alami yang serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan.


SEJARAH LEATHER


  • Leather merupakan peradaban tertua yang dikenal manusia. Saat itu kulit didapat dari perburuan dan pemeliharaan hewan yang kemudian digunakan untuk membuat pakaian dan tenda, dikeraskan dengan temperature rendah dan dibusukkan dengan pemanasan.

  • Sumber tentang kulit pertama kali berasal dari periode Paleolitic (zaman batu tua), digunakan sebagai pakaian (penghangat) saat musim dingin.

  • Leather digunakan untuk tujuan menulis kira-kira pada 2500 BC, tetapi hanya pada satu sisi permukannya saja, tidak pada keduanya (parchment), yaitu pada peradaban lembah Indus (sekarang Pakistan), mereka menulis tidak pada papyrus ataupun tanah liat melainkan di kayu atau kulit

  • Kulit telah digunakan sebagai bahan untuk menulis selama sekurangnya 4000 tahun, seperti pada potongan dari gulungan kulit yang diperkirakan berasal dari dinasti ke-6 (2300 B.C.E) sebagai referensi nyata bahwa leather sebagai materi tulis dari beberapa abad terdahulu.

  • Gulungan kulit yang sangat penting berasal dari zaman Rameses II, dan satu yang tidak dapat diperkirakan dengan tepat tetapi kira-kira berasal dari beberapa abad sebelum era Hyskos.

  • Kulit tidak fleksibel, tidak dapat digunakan dengan baik apabila dengan tinta, terdapat rambut dan akar bila dibandingkan dengan parchment yang lebih lembut.

  • Selama abad pertengahan (Middle Ages) kulit digunakan untuk berbagai macam tujuan seperti sandal, tas, kursi, pelana, jilid buku Book Binding).

KULIT TRADISIONAL



  • Goat Leather

  • Calf leather

  • Sheep Leather

  • Pig skin

GOAT LEATHER



  • Berasal dari kulit kambing

  • Aslinya disamak dengan sumach, kemudian dikombinasikan antara chrome dan vegetable tanning.

  • Disebut Morocco, terdiri dari:
    Niger
    Cape Levant

CALF LEATHER



  • Disamak dengan oak bark dan sumach, lebih awet dan tidak tipis.

  • Terdapat jenis Second-quality-skin:
    berwarna hijau, biru, merah yang bercahaya dan ada efek bayangan coklat muda.
    Fair: light in colour
    Rough: permukaannya lunak

SHEEP LEATHER



  • Roan : abad 19 banyak digunakan karena lebih tahan lama.

  • Skiver (split skin)

  • Basil

PIG SKIN



  • Alum-tawed white pig.
    Digunakan abad 16-17.
    Kekurangannya:

  • Sulit untuk diolah dan mudah rapuh bila digunting.

  • Resisten terhadap asam

TIPE LEATHER (MODERN)



  • Full Grain, terbuat dari bahan mentah terbaik yang belum dilapisi pasir, hanya bulu hewan yang dihilangkan. Menghasilkan serat terbaik yang kuat dan tahan lama. Dapat dibeli dengan dua tipe: aniline dan semi aniline.

  • Corrected Grain, lebih dikenal dengan nama Top-Grain yang kasar di bagian atas namun sangat lembut di bagian dalam. Dapat dibeli dengan dua tipe: semi-aniline dan pigmented.

  • Suede, adalah jenis leather yang telah dikeringkan seluruhnya, nama lain dari suede adalah Latigo. Jenis kulit yang paling dikenal.


Jenis lain Leather:



  1. Buckskin

  2. Patent Leather

  3. Shagreen

  4. Vachetta skin

  5. Slink

  6. Deer Skin

  7. Nubuck

  8. Belting Leather

  9. Nappa Leather

  10. dll.

CARA PEMBUATAN



  • Mula-mula kulit direndam dalam air kapur.

  • Kemudian bulu binatangnya digosok hingga bersih.

  • Lalu dimasukkan ke dalam perendaman dengan kulit pohon yang disebut “oak”. oak yang dihasilkan dari kulit pohon tersebut berupa bahan kimia.

  • Bahan kimia tersebut akan masuk ke dalam pori-pori kulit dan bercampur dengan protein menjadi molekul-molekul yang kuat sehingga menjadi “leather”.

  • Perubahan kulit menjadi “leather” meningkatkan mutunya seperti lebih tahan air, awet dipakai dan lebih lentur.

ZAT PENYAMAK



  • Zat penyamak bisa berupa

  • penyamak nabati (vegetable tanning) seperti kulit kayu memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tetapi empuk, kurang tahan terhadap panas.

  • sintetis (mechanical tanning),

  • mineral seperti garam chromium (Chromium sulphate)
    menghasilkan kulit yang lebih lemas, lebih tahan terhadap panas dan

  • penyamak minyak.

KELEBIHAN



  • Mempunyai daya tahan yang lama dan dapat bertahan. hingga ratusan tahun.

  • Bahannya kenyal dan kuat.

  • Dapat diberi warna.

  • Dapat dibentuk sesuai dengan keinginan pengguna.

KEKURANGAN



  • Bahannya sulit didapat.

  • Permukaannya kasar dan berlubang-lubang

FAKTOR PERUSAK LEATHER


Faktor Internal:



  • faktor Kimia

Faktor Eksternal:



  • Faktor Biologi

  • Serangga

  • Ngengat pakaian

  • Kumbang kulit

  • Faktor Fisika

  • Suhu dan Kelembaban

  • Cahaya

  • Debu

  • Faktor Lain

  • Manusia

  • Bencana Alam

AKIBAT KERUSAKAN



  • Moisture dan Humidity
    Kondisi yang terlalu kering akan menyebabkan permukaan menjadi kasar (horny) dan mudah rapuh (brittle).

  • Jamur akan mudah berkembang pada kelembaban diatas 70% antara 18-25 derajat Celcius, menyebabkan warna menjadi pudar.

  • Menyebabkan pelapukan karena bakteri dan serangga.

  • Penyerapan bahan kimia berbahay mengakibatkan warna menjadi pudar, ber-powder (sesek), dan mudah lepas disebut red rot

PENANGANAN



  1. Ditempatkan di ruangan yang cukup kering.

  2. Ventilasi udara cukup.

  3. Fumigasi secara periodik untuk menghindari serangga dan jamur.

  4. Pemberian leather-dressing agar lebih fleksibel (luwes).

  5. Penggunaan campuran (emulsi) harus hemat, seperti lanolin 200 gms, cedarwood oil 30 c.c (setelah 2 hari harus dibersihkan karena mudah terbakar).

  6. Hindari dari api dan asap rokok.

LEATHER NOW



  • PETA

  • LEATHER IN FASHION

  • LEATHER IN DAILY LIFE





KELOMPOK : MEDIA KERTAS


MEDIA KERTAS

Oleh:
Puji Astuti (0704130369)
Qoryllah Fitri Pertiwi (0704130377)
Rohman Nur Ikhsan (0704130415)
Ruth Novita P. (0704130407)


A. Pengertian Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

B. Sejarah Kertas
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada masa Wangsa Firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Dalam sejarah perkembangan media kertas, peradaban China menyumbangkan inovasi kertas baru bagi dunia. Kertas ditemukan pertama kali oleh Tsai Lun pada tahun 105 M. Tsai Lun adalah seorang pegawai negeri di Cina Ho Ti. Ketika di belahan dunia lain masih memakai papirus, kulit binatang atau daun lontar untuk menulis, Cina sudah memproduksi kertas, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.
C. Jenis Kertas
Terdapat beberapa jenis kertas. Jenis kertas tersebut antara lain :
1. Kertas Cina
Kertas ini berasal dari Cina yang ditemukan oleh Tsai Lun yang menjadi cikal bakal pembuatan kertas. Kertas ini dibuat dari bamboo yang pada saat itu sangat mudah ditemukan.

2. Kertas Washi
Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain. Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

3. Kertas Mashi
Mashi adalah jenis kertas yang dibuat dengan cara pembuatan kertas yang paling tua. Bahan baku dari serat pohon Cannabis sativa L. (hemp) dan Boehmeria nivea (sejenis rami) serta jala usang yang tidak bisa lagi dipakai menangkap ikan dan kain bekas dari serat rami. Kain bekas dari rami mempunyai serat yang kuat sehingga harus dipotong-potong kecil dulu sebelum direbus atau digiling dengan penggilingan batu.
Permukaan kertas masih kasar sehingga harus dipukul-pukul dengan palu kayu di atas alas yang disebut Kamikinuta sebelum digosok dengan batu, sejenis kerang atau gigi taring binatang agar menjadi permukaan kertas yang halus dan licin. Tahap selanjutnya berupa penambalan pori-pori kertas dengan lapisan tepung mineral berwarna putih yang dibuat dari gips, batu kapur, dan kaolin. Kertas dilapisi sekali lagi dengan tepung kanji agar tinta yang dituliskan tidak merembes (belobor). Kertas Mashi sulit ditulisi sehingga bahan baku diganti dengan serat yang sama kuat tapi mudah ditulisi. Pada perkembangan selanjutnya tercipta kertas Kokushi yang bahan bakunya dari pohon Murbei Kertas (kōzo atau kaji).

4. Kertas Kokushi
Kokushi adalah sebutan untuk kertas dengan bahan baku pohon Murbei Kertas (Broussonetia kazinoki atau Koku). Bahan baku berasal dari serat kulit dari dahan pohon yang masih muda. Kulit dahan pohon harus direbus dulu sebelum dapat dibuat kertas. Permukaan kertas halus agak sedikit kasar tapi serat kertas panjang-panjang sehingga tahan lama. Kokushi banyak digunakan dalam kantor pemerintah untuk dokumen resmi dan pekerjaan penyalinan dokumen. Kertas jenis ini dapat digunakan begitu saja sebagai bahan bangunan tanpa perlu diberi warna lebih dulu.

5. Kertas Hishi (Ganpishi)
Hishi atau Ganpishi adalah sebutan untuk jenis kertas dengan bahan baku tanaman perdu Diplomorpha sikokiana (Ganpi) atau Edgeworthia chrysantha (Mitsumata). Serat kertas pendek-pendek dan permukaan kertas yang halus bercahaya sehingga dikenal sebagai kertas Torinoko.

6. Kertas Danshi (Michinokugami)
Bahan baku utama adalah kulit dahan yang masih muda dari pohon suku Celastraceae (Nishiki). Ciri khas kertas jenis ini berwarna putih dan tebal.

7. Kertas Karakami
Kertas Karakami adalah kertas Ganpi atau kertas Torinoko yang dilapis dengan bubuk kulit kerang bercampur gelatin dan dibuat motif seperti segi enam dan gaya arabesque dengan menggunakan cetakan blok kayu dan bubuk Mika. Penggunaan pintu dorong (shōji) sebagai pembatas ruangan menjadi populer di zaman Muromachi sehingga kertas Karakami mulai dikenal orang sebagai kertas Fusuma (pintu dorong).

8. Kertas Daluang
Daluang adalah kertas yang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Indonesia. Kertas tradisional ini rupanya dapat digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya digunakan oleh perupa.

D. Ukuran Kertas
Ukuran kertas secara Internasional terdapat seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai permintaan pasar.Berikut ukuran-ukuran dari setiap seri dalam milimeter :
1. Seri A
Seri A biasa digunakan untuk cetakan umum dan perkantoran serta penerbitan. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi A1 adalah setengah dari A0 dan demikian seterusnya. ukuran yang paling banyak digunakan adalah A4.
2. Seri B
besarnya kira-kira di tengah antara 2 ukuran seri A, biasa digunakan untuk poster dan lukisan dinding
3. Seri C biasa digunakan untuk map, kartu post dan amplop
4. Seri R biasa digunakan untuk kertas jenis Foto untuk mencetak foto
5. Seri F biasa digunakan untuk perkantoran dan fotocopy, biasa disebut kertas HVS
F4 = 215 x 330
6. Seri kertas lain
Ada beberapa ukuran lain yang terkadang memakai nama Inggris, diantaranya Letter, Legal, Kwarto (sedikit lebih kecil dari A4), A4+, A3+

E. Cara Pembuatan Kertas
Di tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.
Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu)melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral).

F. Faktor Penyebab dan Akibat dari Kerusakan Kertas
Terdapat tiga faktor penyebab kerusakan kertas, yaitu :
1. Faktor Biologis
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi banyak menimpa di daerah tropis. Yang termasuk kategori biologis antara lain jamur dan serangga. Masalah jamur ini perlu mendapat perhatian yang besar. Bakteri penyebab tumbuhnya jamur ini begitu kecilnya, sehingga sangatlah sulit untuk dapat dilihat dengan mata biasa. Jamur ini dapat membusukkan selulos dan kertas. Biasanya kertas berubah menjadi kuning, coklat datu bintik-bintik hitam. Disamping membusukkan selulos, jamur juga merusakkan perekat serta melengketkan antara satu kertas dengan kertas lainnya. Jamur tumbuh terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban, temperatur dan cahaya. Faktor kelembaban dan temperature adalah yang paling berpengaruh.
Faktor lain yang memungkinkan untuk tumbuhnya jamur adalah ruang penyimpanan kertas yang terlalu gelap dan kelembaban di atas 0% RH (relative humidity). Disamping itu, jamur juga menyebabkan timbulnya "foxing" yaitu bintik-bintik coklat pada kertas. Hal ini banyak terjadi pada kertas-kertas tua. Bintik-bintik tersebut sebagai akibat dari reaksi kimia antara campuran besi yang terkandung di dalam kertas dan asam organik yang dikeluarkan oleh jamur.
Serangga berbahaya bagi kertas dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis. Serangga sering ditemukan di berbagai tempat di dalam tempat penyimpanan yang gelap. Mereka biasanya membuat sarang di antara lembar-lembar kertas, rak, almari, laci penyimpanan dan sebagainya. Lem atau perekat dari tepung kanji merupakan makan yang sangat disukai serangga. Sehingga tidak mengherankan jika jilidan kertas mendapat prioritas utama untuk dimakan atau dirusak. Selain itu serangga juga merusak kertas, foto, label dan sebagainya. Beberapa jenis serangga yang menyerang kertas antara lain rayap, ngengat (silferfish), kutu buku (bookworm), dan psocids (semacam kutu buku).

2. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik disebabkan oleh faktor cahaya, panas dan air. Ketiganya merupakan penyebab perubahan photochemical, hydrolytic atau oxidatic di dalam kertas. Penyebab utama dari kehancuran kertas oleh faktor cahaya adalah sinar ultraviolet. Ultraviolet dapat merusakkan selulos kertas dan bahan-bahan lain tekstil, lukisan, dan sebagainya. Disamping akibat ultraviolet, juga akibat dari radiant energy (kekuatan radian). Kekuatan radian adalah kekuatan dari gerak gelombang sinar yang mengenai suatu objek. Beberapa atau sebagian dari kekuatan radian ini diserap oleh objek yang bersangkutan. Bila mengenai kertas, molekul-molekul pada kertas akan mengembang atau mengurai dan akan mengalami reaksi kimia. Banyak kertas luntur warnanya dan menjadi lemah atau getas jika terkena sinar. Semua sinar, baik sinar matahari maupun yang buatan mengandung unsur sinar ultraviolet. Kondisi fisik kertas akan terpengaruh oleh derajat panas dan kadar kelembaban di dalam ruang penyimpanan. Derajat panas yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi kering, getas dan mudah rapuh. Sedangkan uap air menyebabkan kertas-kertas menjadi lembab atau basah dan mendorong untuk tumbuhnya jamur.

3. Kerusakan Kimia
Zat-zat kimia yang terdapat dalam udara ruang penyimpanan menyebabkan kerusakan kertas misalnya gas asidik, pencemaran atmosfir, debu dan tinta. Gas asidik dan pencemaran udara sangat cepat merusak kertas. Gas asidik secara perlahan-lahan akan menyerang selulos, dan berakibat kertas menjadi luntur dan getas. Kerusakan akan menjadi lebih hebat lagi jika panas dan uap air yang terkandung di dalam atmosfir melampaui batas yang sebenarnya.
Pencemaran atmosfir adalah salah satu sebab utama merosotnya derajat kimia yang terkandung di dalam kertas. Pencemaran karena adanya nitorogen, sulfur acid penyebab kerusakan terbesar dari pada kertas. Berkas-berkas zat besi dan tembaga yang ada pada kertas atau kulit merupakan katalistor yang sempurna dalam mengubah sulfur dioksid menjadi asam belerang. Asam belerang inilah yang mempunyai daya perusak yang sangat besar terhadap kertas.
Pencemaran udara oleh asam belerang banyak terjadi di daerah-daerah industri. Faktor kerusakan kertas inilah yang disebabkan oleh asam. Adanya asam ini biasanya sejak kertas itu sendiri dibuat. Dengan kata lain bahwa kerusakan kertas disebabkan karena kertas itu sendiri. Kertas yang baik adalah kertas yang bebas asam atau yang ber HP 7. Ukuran HP ini adalah dari satu sampai dengan 14. Kurang dari 7 berarti mengandung asam dan lebih dari 7 berarti alkalin. Alat-alat yang sering dipergunakan untuk mengukur HP ini adalah PH meter. Arsip-arsip sebelum abad ke-19 biasanya menggunakan kertas dengan rata-rata PH 6,9 sedang setelah abad ke-19 dengan rata-rata PH 5,4. Semakin rendah PH nya berarti semakin banyak asamnya dan dengan sendirinya kertas tersebut akan lebih cepat rusak.

TERIMA KASIH......

Kelompok 4 : Kertas Daluang

KERTAS DALUANG (KERTAS JAWA)

OLEH:
Dwi Sari Rachmawati
Eka Jumarlita
Indira Nadya Paramitha
Harianto


SEJARAH DALUANG

Kertas ini sudah lama ditemukan oleh arkeologi dan ahli sejarah sastra kuno.
Awal kertas Daluang ini dikenal berfungsi sebagai alat Bantu kehidupan sehari-hari, pakaian misalnya. Pada abad ke 3 SM ditemukan sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu) di Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Masyarakat jaman itu menamakannya “tapa”, yaitu hasil olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari masayarakat di sana. Kertas ini sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di nusantara sejak 300 SM.

Dalam buku Literatur of Java muncul nama Daluang pada jaman kebudayaan Hindu di Nusantara. Kertas Daluang ini saat itu digunakan untuk menuliskan cerita wayang beber dalam bentuk gambar-gambar, serta juga digunakan sebagai pakaian pelengkap para Pandita Hindu.

Broussonetia papyryfera Vent merupakan nama latin dari Daluang.
Daluang terbuat dari kulit kayu Saeh (nama pohonnya, paper Mulberry), dan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Nusantara.

Kertas daluang sudah menjadi bagian dari tradisi tulis menulis di Nusantara sejak 300 SM.
Kertas daluang disebut juga kertas Jawa ditemukan juga di Jepang dan Thailand
Artefak daluang tertua di Indonesia dari abad ke 3 SM di temukan di Cariu, Bogor.
Di zaman kolonial Belanda ketika mulai masuk kertas Eropa, tradisi membuat daluang surut. Politik tanam paksa membuat penanaman pohon saeh pun terabaikan. Teknologi daluang berakhir tahun 1950

Latar Belakang alasan pembuatan

Awalnya digunakan sebagai medium pengganti kertas yang umumnya lebih sering digunakan oleh perupa. Selain nilai kearifan lokal dari kertas Daluang ini, persoalan tekstur dan estetika yang mucul pada karya juga memiliki keunikan dan nilai tersendiri.

Kertas Daluang telah berumur ratusan tahun, hal ini terbukti dari fakta kesejarahannya setelah ditemukan beberapa naskah kuno dan perkamen kebudayaan kuno Indonesia di museum-museum di tanah air. Konon, mereka yang menggunakan serat kayu ini menjadi kertas untuk menuliskan tradisi tulis atau mantera-mantera adalah orang-orang suci.

CARA PEMBUATAN

>Kulit Saeh yang menjadi bahan baku dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
>Kemudian kulit pohon itu dibasahi lalu ditumbuk dengan cara diayunkan hingga jatuh menggunakan alat yang disebut Paneupuk (penumpuk dari logam tembaga dengan permukaan bergaris dan pegangannya dari rotan). Proses inilah yang menentukan seberapa tebal kertas yang diinginkan
>Setelah ditemukan ketebalan dan lebar yang diinginkan, bahan kertas itu dikeringkan pada medium lain.
>Setelah kering, kertas Daluang pun siap dipakai untuk menggambar, menulis atau melukis.

KEGUNAAN LAIN

Daluang ini juga dapat dibentuk menjadi boneka tau topi dengan mengeringkannya di atas cetakan atau model. Kertas Daluang ini juga dapat difungsikan seperti halnya kertas biasa, beberapa penulis juga pernah menggunakan kertas Daluang untuk mencetak buku, mencetak foto dan lain-lain. Tentunya, Daluang berpotensi sebagai kertas untuk kebutuhan tertentu masyarakat sekarang.

>Kertas
>Untuk mencetak Buku
>Foto
>Karya seni: lukis, kaligrafi, dll.
>Menggambar
>Pakaian, selendang, ikat kepala
>Ayat-ayat Al Quran/ kitab-kitab

SEBUTAN LAIN UNTUK KERTAS DALUANG
  • Sapukau (Basemah)
  • Glugu/galugu (Jawa)
  • Dhalubang/dhulubang (Madura)
  • Kembala/rowa (Sumatra Barat)
  • Linnggowas (Banggai)
  • Iwo (Tembuku)
  • Malak di Alf Seram
  • ambo (Baree)
  • malak (Seram)
  • Di tempat lain disebut: paper moerbeibom, murier a papier, dan japannischer papierbaum.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

>>Sebagai medium tulis, kertas daluang tidak berubah warna hingga usianya ratusan tahun. Tetap kuning kecokelat-cokelatan. Tulisan pun tidak lalu menjadi buram meski usia kertasnya sudah ratusan tahun.

>>Meskipun tanaman ini mudah tumbuh, namun tanaman ini masih susah ditemui. Menurut, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Tedi Permadi (36), hasil Identifikasi peneliti dari Belanda, tanaman ini hampir menjadi tanaman langka. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. orang semakin lupa dengan daluang setelah menggunakan kertas pabrikan. Keberadaannya di nusantara makin sulit ditemui. Di belahan Sumatra, tanaman ini sudah punah. Di Pulau Jawa hanya bisa ditemui di Garut. Lalu, baru akan kita temui lagi di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.


KEUNIKAN DALUANG
Karya rupa seperti gambar (drawing) atau lukisan pun menjadi unik dan terkesan kuno ketika gagasan estetik itu menggunakan kertas Daluang sebagai mediumnya. Teksturnya khas, sementara kertas produk industri belum tentu bisa memunculkan karakteristik tersebut.

TERIMA KASIH